Membaca derasnya arus liberalisasi yang masuk ke dalam institusi pendidikan serta mewabahnya penyakit apatisme-hedonisme yang menjangkiti mahasiswa Indonesia pada hari ini, mensaratkan kita untuk menyajikan kembali kebenaran sejarah pendidikan yang sesungguhnya ke dalam jamuan mahasiswa masa kini. Apa yang kita miliki sekarang di kampus, lembaga kemahasiswaan, kurikulum dan hubungan balajar mengajar adalah wujud konkrit dari kekalahan Independensi mahasiswa setelah diberlakukannya Normalisasi Kehidupan Kampus oleh Menteri fasis, Daoed Joesoef. Konsep Link and Match adalah upaya penyeragaman berpikir yang telah dilakukan oleh negara – yang berkembang dengan berlebihan (overdeveloped state) – dalam rangka rekayasa sosial dengan asumsi tentang modernisasi sebagai syarat dari terselenggaranya developmentalism (baca: pembangunanisme) yang “diajarkan” oleh Amerika, sebuah hubungan antar Negara yang menunjukkan praktek neo kolonialisme-imperialisme di satu sisi dan posisi semi kolonial di sisi lain.
Hakekat tersebut diatas adalah tentang tidak berubahnya sejarah pendidikan massa rakyat semenjak masa kolonial. Inilah kapitalisasi pendidikan, pendidikan adalah alat akumulasi modal dan pencarian laba tertinggi. Pendidiakan adalah ruang batas antara masyarakat dan kapitalisme, yaitu batas dari masyarakat merdeka untuk dirubah menjadi robot, yang tetap dengan elitisitasnya kemudian menciptakan manusia anti rakyat. Almarhum YB Mangun Wijaya mengatakan: ‘... Apa guna kita miliki seratus ribu alumni sekolah yang cerdas, tetapi masa rakyat di biarkan bodoh ? Segeralah kaum sekolah itu akan menjadi penjajah rakyat dengan kepintaran mereka”. Sepakat, bahwa kapitalisme itu besar, kuat namun juga lentur dan sombong juga. Sepakat juga bahwa penindasan kapitalisme itu memiliki kompleksitas namun perlawanan juga mempunyai kecerdasan, taktik gerilya adalah untuk memecah konsentrasi kekuatan besar, dalam konteks ini maka perlawanan terhadap kapitalisme haruslah perlawanan semesta dan terpecah dalam berbagai sektoral yang di titik tertentu menjadi padu.
Pendidikan ternyata membuka ruang perdebatan sendiri, pertanyaan sekaligus kritikan yang tertuju pada hakekat dan sistem pendidikan. Adalah menjadi naif kalau kemudian percaya sistem pendidikan adalah netral, karena adalah fakta pendidikan akan melahirkan pencerahan dan kebebasan namun bisa jadi melahirkan ketertundukan masa pada ketertindasan kaum penindas. Oleh karenanya pernyataan bahwa pengetahuan, teori maupun sejarah adalah obyektif menjadi tertolak, karena tetap memiliki unsur subyektif dalam pengertian kepentingan ideologi. Penemuan dialektika, usaha Mark menyusun filsafat bagi kaum proletar, teori hegemoni, pemisahan Teori Tradiasional dan Teori kritis oleh Mazhab Frankrut adalah bukti bahwa pengetahuan lahir dari dialektika struktur masyarakat yang penuh penindasan dan penghisapan. Menjadi jelas bahwa hubungan pedagogis tidak bisa melepaskan diri dari kekuatan dominan di masyarakat. Cara berpikir positivis dengan rel yang tentunya sudah ditentukan menjadikan massa mengalami keterasingan dari kritisme dan emansipasi, sehingga pemaksaan kaum penindas tidak lagi perlu dengan alat-alat kekerasan. Dari sinilah kita perlu membongkar hubungan pendidikan dengan kekuasaan, hubungan kurikulum dengan realitas sosial dan tugas intelektual. Pendidikan kritis berarti membebaskan ilmu dan pengetahuan dari selubung-selubung penindasan yang bersembunyi di balik kata OBYEKTIF, inilah pengertian kritis. Menjadikan kurikulum sesuai realitas masyarakat sehingga memunculkan emansipasi bukan keterasingan. Atas dasar itu sesungguhnya rakyat kita butuh keberpihakan ilmu pengetahuan dan tugas intelektual adalah melawan para intelektual tukang dengan menciptakan intelektual garis masa (organik). Revolusi pendidikan adalah merebut alat produksi pengetahuan secara moral-pengetahuan-spiritual dan secara fisik.
Lawan pembodohan dengan merebut “alat produksi pengetahuan” dengan menciptakan ilmu dan intelektual yang berpihak pada masyarakat dan tolak penyeragaman berpikir, rubah kirikulum yang sesuai realitas dan partisipatoris. Sejarah belum berakhir dengan kemapanan kapitalisme, sejarah akan terus bergerak yang terdorong oleh pengetahuan yang berasal dari sejarah penindasan dan sejarah penderitaan yang menuntut perubahan.
0 komentar:
Posting Komentar