Rabu, 02 Juli 2008

Kabangkitan Nasional = Kebangkitan Lokal

Oleh : Andi Kusmayadi
Pegiat Study Club Policy For Freedom,Tinggal di KSB

Saat tulisan ini dibuat, Indonesia telah berusia 62 tahun sejak 1945. artinya sudah 62 tahun sudah Indonesia memiliki “kemerdekaan” dan “kedaulatan”.Tanda petik pada dua kata tersebut mengisyaratkan makna tersirat yakni apakah kita sudahmemiliki kemerdekaan dan kedaulatan sejati? Atau kemerdekaan dan kedaulatan itu telah tergadai dan semu adanya? Melihat fenomena permasalahan bangsa hari ini perlu kita mengkaji dan merefleksikan kembali kedua perihal kata tersebut diatas yang merupakan permasalahan fundamen dalam keh idupan bernegara dan berbangsa. Bahwa kemerdakaan dan kedaulatan adalah bagian yang tak terpisahkan, bukanlah sekedar pengakuan tetapi mutlka harus dimiliki dan menjadi kekuatan untuk berfikir,bersikap, dan berbuat. Kemerdekaan dan kledaulatan melipiti kemerdekaan dan kedaulatan ekonomi,politik, lingkungan dan segalanya bukan hanya bebas fisik dan raga namun terbelenggu dan terpasung oleh kepentingan barat,kepentingan capital.


“orientasi sebagai sebagai gaya barat untuk mendominasi, menata kembali dan menguaai Timur. Hubungan antara Barat dan Timur adalah hubungan kekuatan, dominasi, hubungan berbagai derajat hegemoni yang komplek..” (Edward W. Said dalam Ali Syari ati, 1999)
Deretan kata-kata tersebut di atas sungguh mengasyikkan dan menyesakkan. Mengasyikkan Karena nadanya yang amarah, dan amarahnya yang beralasan.Menyesakkan karena ia begitu ingin mencakup banyak hal, mengulas begitu banyak bahan, mendepa sejarah yang panjang untuk membuktikan dan mengecam satu perkara:sikap”kaum orientalis”.
Telah terjadi pengulangan sejarah
Bangsa ini telah 350 tahun penjajahan fisikdalam nuansa kolonialisme yang eksploitatif, penuh penindasan, pedih dan menyakitkan. Adalah lembaga milik Belanda yng bernama VOC ( Vereenidge Oost-Indiche Compagnie) telah menjadi “perusahaan swasta” terbesar di dunia, bahkan sejarahwan Belanda menyebuy VOC sebagai symbol puncak keemasan niaga, dan tiap tahun diperingati di berbagai tempat di Belanda
Mengapa VOC begitu leluasa melkukan imperialsme dan eksploitasi secara massif?selain karena dukungan militer dan dukungan politik yang kuat, juga terdapat praktek penguasa-penguasa di tanmah air saat itu “membiarkan” bahkan bersekutu dengan penjajah. Pun, Beberapa nama patriot bangsa seperti Sultan Hasanuddin, Pangeran dipenogoro, dan deretan pahlawan nasional lainnya terlah melakukan yang terbaik, lebih baik mati daripada tunduk dan takluk kepada kaum imperialis.
Telah terjadi pengulangan sejarah.Dahulu, penjajahan dilakukan dengan metode kekerasan fisik dan kasat mata, maka hari ini pun telah terjadi penjajahan yang dilakukan dengan lebih soft, canggih, sulit terdeteksi, dilqkukan dengan mendominasi pasar, modal dan teknologi, menggerogoti kekuatan ekonomi, polotik dan hankam, aspek sosial budaya dirasuki dengan 4F (food, film, fun, and fashion) yang berkedok globalisasi dan demokrasi. Indonesi telah menjadi panggung iklan dunia bagi produk-produk trans nasional sekaligus tempat “pembuangan limbah” bagi negara-negara maju.
Sadar atau tidak sadar, sejarah berulang, hal ini dapat dilihat dari Kebijakan Elite Nasional yang tidak membatasi hak kepemilikan asing di Bank Indonesia, kerusakan lingkungan di Papua, masih miskin dan terjepitnya rakyat papua, digdayanya Freeport dalam mempengaruhi kebijakan-kebijakan di bidang investas modal. Singkatnya,pihak asing dengan MNC-nya mendapatkan saripati alam, Indonesia hanya mendapatkan hasilnya,atau mungkin tidak mendapatkan apa-apa melain kerusakan dan kerugia.bukankahini bentuk penjajahan tak kaset mata namun nyata trarasa bahkan berdampak luas. Dan anehnya beberapa pejabat elite negeri ini “membiarkan” bahkan bersekutu, hanya dangan mendapatkan fee dari proses dan mekanisme yang ada. Sungguh, telah pengulangan sejarah, bahkan lebih buruk lagi.
Nabi Muhammat SAW.bersabda “barang siapa memiliki masa sekarang yang lebih bagus dari masa lalunya, ia tergolong orang yang beruntung: bila masa sekarangnya sama dangan masa lalunya,ia termasuk orang yang merugi; bila masa sekaragnya leburuk dari masa lampaunya,ia tergolong orang yang celaka”
Tentunya kita tidak menginkan jadi bangsa yang merugi bukan? Sejarah adalah kontinuitas antra masa lampau, masa sekarang dan masa depan. Semoga kita belum dan tidak manjadi bangsa celaka dan bangkrut.
Kebangkitan sesunggunya adalah kebangkitan local. Menghitungpermasalahan bangsa dan Negara ini mungkin tak pernah usai.Permasalahan ekonomi adalah permaalahan yang mempunyai daya tarik dan daya tekan terhadap sector lainny, sehingga ketidakmandirian ekonomi akan berdampak pada ketidakmandirian di sector lainnya.
Realitas hari ini menunjukan bahwa sumber ketidakmandirian ekonomi setidaknya dipicu tiga hal.
Pertama, industruialisai yang dijalankan tidak mengagendakan sector basis sebagai pijakannya. Sector pertanian sebagai sector basis justru mengalami peminggiran secara structural akibat kebijakan yang memberi porsi terlalu besar terhadap industri dan jasa padat modal. Kedua,liberalisasi ekonomi kian mengcengkeramperekonomian nasional. Salah satunya bisa dilihat dari penetrasi investasi asing yang begitu kuat. Dengan deregulasi yang hanya melindungi kepentingan asing dan mengabaikan kepentingan nasional. Memberikan implikasi pertumbuhan yang tinggi, namun tidak menetes ke rakyat.ketiga,secara structural pemerintah sudah tidak mandiri untuk memformulasikan kejikan ekonomi karena tergantung terhadap utang asing, khususnya lewat Bank Dunia dan IMF. Di luar it, korporasi-korporasi besar dunia juga mudah mendikte kebijakan ekonomi domestic dengan kekuatan yang dimiliki.
Akhirnya, sepertinya, menyandarkan diri dan berlindung kepada “Jakarta” dengan segala perangkat perundang-undangan yang sudah “dipreteli” mungkin bukan tempat yang pas.Tempat yang pas untuk bertahan, dan mencoba bangkit adalah daerah, dengan membangkitkan kekuatan local, norma adapt dan nilai local diyakini mampu menahan dan memetahkan regulasi-regulasi yang tidak berpihak pada masyrakat. Selain itu,melakukan penggugatan terhadap kontrak karya –kontrak karya yang merugikan kepentingan daerah dan nasional adalah salah satu langkah strategis menunjukan kedaulatan, dan bargain position. Artinya,daerah bukan anti investasi,melainkan menghendaki suatu pola yang sama-sama menguntungkan dan humanis.jadi,mengapa tidak melepaskan diri dari USA beserta sekutunya yang melestarikan kapitalisme-neoliberalisme dan beralih kerja sama dengan Negara-negara yang haluan politiknya, saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Dan yakini saja bahwa daerah mampu, bahwa kebangkitan itu adalah kebangkitan local.

1 komentar:

ms satriawan mengatakan...

saya kira kalau kita bicara tentang nasionalitas maka harus dimulai dari pembacaan kondisi objektif dan subyektif lokalitas, masalah yg dihadapi bangsa ini ada dua pada wilayah eksternal kita berhadapan dengan neokolim lalu esecara internal kita berhadapan dengan oligarki politik jadi pemaknaan ttg lakalitas sebagai benteng pertahanan terakhir harus bisa menjawab apakah bangunan konsolidasi politik lokal itu tidak merupakan atau diluar oligarkis?

terima kasih
salam