Senin, 14 Juli 2008

INTELEKTUAL SEJATI

“Kita akan membangun sekolah-sekolah, menggartiskan biaya pendidikan agar semua orang bisa memperoleh pendidikan karena pendidikan adalah hak semua orang dan Negara wajib menjaminnya”(ucapan seorang intelektual ksb)

Hampir semua orang sepakat dengan kalimat diatas,bahwa pendidikan adalah syarat utama untuk memajukan masyarakat sehingga masyarakat menjadi cerdas dan mampu memahami persoalan yang dihadapi,mendidik masyarakat adalah tugas utama dari kaum intelektual. Tentulah tugas seorang intelektual begitu sangat mulia dan sangat agung sehingga tidak jarang melekat predikat seperti Master,staff ahli, Guru besar dan lain sebagainya.

Tidak ada rumusan yang baku tentang siapakah intelektual itu, tetapi setiap orang yang melek huruf berpotensi menjadi intelektual,apalagi yang sudah sarjana.sudah menjadi kredo, kontribusi kaum intelektual bagi peradaban dan kemanusiaan dalam perjalannan panjang sejarah sangat menentukan sebagi keniscayaan, syarat mutlak, conditio sine quo non.



Perubahan yang begitu cepat dan liar dalam arus globalisasi membuat kita terkadang kedodoran dan kerepotan dalam mengimbanginya yang sangat menuntut kecepatan, the survival of the fastest, yang bertahan yang paling cepat, ketimbang the survival of the fittest, yang bertahan yang paling kuat.

Kemampuan menangkap peluang dalam permainan waktu memang semakin menentukan “waktu berubah dan kita berubah didalamnya”, tempora mulantur, et nos mutamur in illis. Jika tidak cekatan, kesempatan akan hilang di tengah dunia yang berlari tunggang langgang. Ibarat burung malam Minerva, yang dijadikan symbol kebajikan dalam mitilogiYunani karena ketajaman indra penglihatannya menembus pekatnya kegelapan malam, kaum intelektual dengan ketajaman visinya dituntut menjadi sumber pencerahan di kegelapan zaman.Hanya saja persoalannya, jangankan mampu melihat yang tidak tembus pandang dan jauh dalam kegelapan masa depan, masalah didepan mata dan terang benderang matahari saja seringkali tidak mampu diidentifikasi untuk dipecahkan.

Tidak semua kaum intelektual mampu melihat kompleksitas persoalan kemasyarakatan. Jenis intelektual yang mampu melakukan pekerjaan transformatif bagi kemajuan di sebut Antonio Gramsci sebagai intelektual organik, yang berbeda dengan intelektual tradisional, yang hanya terikat pada pakem akademis jauh dari sentuhan kebutuhan masyarakat.Munculnya kaum intelektual organik atau intelektual tradisional sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan yang baik akan melahirkan kelompok intelektual organic, atau orang yang memiliki kesadaran kritis, bukan kesadaran naïf, dalam pengertian Paulo Freire.

Kaum imtelektual tradisional lebih nyaman berada tinggi dimenara gading ketimbang turun berkeringat dan berpikir keras tentang perubahan masyarakat. Watak kaum intelektual sejati atau intelektual organic antara lain mampu menjaga kemandirian, tidak mudah dikooptasi oleh kekuasaan, dan kreatif sebagai manusia super bermental tuan,Ubermensch, dalam pengertian friedrich Nietshcze. Ilmuwan biasa atau intelektual tradisional hanya mendaur ulang yang sudah ada, tetapi ilmuan sejati justru menemukan yang “belum ada”.Namun, tantangan intelektual sejati atau intelektual organic semakin berat tak sedikit sarjana dan ilmuan yang terjerumus oleh godaan kekuasaan. Pemikir Perancis Julian Benda menyebut kaum intlektual yang tergoda masuk politik praktis dan bermain dengan kepentingan kekuasaan sebagai penghianat.Daya kritis kaum intlektual dilumpuhkan dan ditumpulkan dalam pasungan kepentiangan kekuasaan dan penguasa. Padahal, kaum intlektual harus menjadi antitesis kekuasaan. Selalu cemas agar bangunan kekuasaan tak sampai tumbuh mencakar langit atau menjadi makhluk dasar laut yang mengerikan.
Namun, kiprah ilmuan tidak mungkin berkembang dan optimal jika secara cultural tidak kondusif pula, yang membuat berbagai temuan penting kaum ilmuan di terlantarkan. Ruang bagi kaum intlektual berkiprah semakin terpaung jika penguasa maupun rakyat sama-sama lebih suka melakoni budaya ngelmu ketimbang ilmu, lebih suka berpikir mistis ketimbang kritis


M.S.Satriawan Dewan Pertimbangan Organisasi ikpm ksb malang

0 komentar: